Under The Streetlight – 6

under the streetlight

6

Thinking

Kyuhyun sedang melipat pakaian Donghae lalu memasukkannya kedalam tas kecil yang dibawanya kemarin.

Setelah dua hari dirawat inap, akhirnya Donghae bisa pulang hari ini. Untungnya memang hanya sebatas pria itu hanya kelelahan. Sejak Donghae sadar, Kyuhyun sudah mengomel-ngomel pada pria  itu tentang ke cerobohan dan ketidakpedulian Donghae akan kesehatannya. Contohnya dengan memaksakan diri pergi ke Seomjingang ditengah malam dan memaksakan diri pulangnya mengemudi sendiri.

Kyuhyun juga sedikit menyalahkan dirinya sendiri ketika dengan mudahnya luluh dengan rayuan Donghae agar dirinya mau mengantar pria keras kepala itu menemui kekasihnya. Kyuhyun merasa kasihan pada mereka berdua. Berkali-kali Kyuhyun ingin memberi saran pada Donghae dan Yoona untuk bisa sedikit lebih egois untuk hubungan mereka dibandingkan pekerjaan mereka. Walaupun Kyuhyun tahu keduanya akan tetap bersama walau terpisah akan jarak seperti sekarang. Ya Kyuhyun hanya bisa mendoakan yang terbaik saja pada sahabatnya itu.

“kau tidak memberi tahu Chorong kan?”, tanya Donghae ragu pada Kyuhyun.

Kyuhyun menoleh sekilas lalu tersenyum miring, membuat Donghae langsung menggeram kesal.

“tentu saja tidak bodoh. Jika aku memang melakukannya sudah pasti ruangan ini tidak akan pernah tenang seperti sekarang”, balas Kyuhyun sarkartis.

“baguslah”, ucap Donghae legah.

“kalau hyung sudah tahu adikmu seperti itu setidaknya berpikirlah untuk lebih berhati-hati dengan dirimu sendiri”, nasehat Kyuhyun memulai ceramahnya lagi.

“baiklah… baiklah. Kau sudah mengatakan itu berulang kali dari sejak aku sadar. Dan aku minta maaf. Kau puas?”, kesal Donghae.

“Yup”, balas Kyuhyun acuh.

“…”

Setelah itu terjadi keheningan. Lebih tepatnya Donghae yang terdiam. Dan diamnya pria itu Kyuhyun tahu karena apa.

“aku sudah mencoba menghubunginya. Tapi tidak diangkat. Dan beberapa waktu yang lalu pun aku sudah mencobanya kembali dan tetap sama”, ujar Kyuhyun menjawab langsung pertanyaan yang sedang Donghae pikirkan saat ini.

Donghae menatap Kyuhyun sejenak kemudian menatap jendela yang memperlihatkan langit yang mulai menggelap. Donghae hanya mendesah berat. Entah bagaimana perasaannya saat ini. Dia sedikit kecewa pada keadaannya sekarang, dan juga pada Yoona, mungkin.

)))))(((((

          Sudah dua hari berlalu dan Yoona masih sibuk dengan kliniknya. Ditambah mobil tanki air sudah mulai berdatangan ke desa untuk persediaan air bersih bagi warga desa. Dan posko membagian air tidak jauh dari kliniknya. Ditambah beberapa tim penyelidik meminta Yoona sesekali ikut meninjau lokasi perumahan warga yang pertama kali terserang wabah. Untuk tahap sekarang mereka sudah menemukan titik awal tercemarnya air sungai yang juga merupakan sumber air warga desa.

          “bagaimana hasilnya unnie?”, tanya Chorong setibanya Yoona di klinik.

          “sumbernya memang dari sungai dekat rumah ajumma Kim. Ada dugaan jika itu berasal dari pabrik tofu itu. Tim masih menyelidikinya”, jelas Yoona langsung melemparkan dirinya ke kursi kerjanya yang empuk.

          “dan mereka masih meminta bantuan unnie?”, tanya Chorong sedikit protes.

          “tentu saja tidak. Memangnya sehebat apa aku sampai tahu tentang hal seperti zat pada makanan dan pencemaran air”, jawab Yoona.

          “syukurlah. Kalau sampai mereka tetap meminta tolong pada unnie, ku rasa unnie pun akan bergabung dengan pasien di tenda darurat sana”, balas Chorong khawatir.

          “aku tidak selemah itu Lee Chorong”, balas Yoona sambil terkekeh.

          “benarkah?”, tantang Chorong sambil menjulurkan tangannya dengan cepat kekening dan memeriksa denyut nadi Yoona.

          “jadi ini yang disebut dengan baik-baik saja?”

Unnie sedang demam!”, tegas Chorong. Yoona pun dengan cepat meletakkan telapak tangannya ke keningnya dan memang terasa hangat.

“Wowww… Lee Chorong ternyata kau semakin pintar sekarang ya. Bagaimana kau bisa tahu?”, goda Yoona. Chorong tersenyum bangga akan pujian Yoona. Jarang-jarang Yoona memujinya. Tapi Chorong langsung menggelengkan kepala. Dia tidak moleh larut akan pujian Yoona. Dia harus fokus.

“jangan menggodaku. Jika unnie keras kepala, bersiaplah kekasih tampanmu itu akan tiba disini beberapa saat kemudian”, ancam Chorong.

“baiklah Dokter Lee yang baik hati. Hari ini aku akan menjadi pasien yang penurut”, ucap Yoona dengan lembut karena takut dengan ancaman calon adik iparnya itu. Ya Donghae lebih menakutkan dari apa pun.

“jadi perintah pertama adalah segera pulang”, balas Chorong cepat.

“Tidak ada tapi-tapian unnie. Aku akan meminta Dokter Kang untuk mengantar unnie pulang”, balas Chorong cepat.

“kenapa harus Chan Soo?”, tanya Yoona heran.

“tidak mungkin aku. Pasien ku sedang banyak unnie. Tapi tunggu… Chan Soo? Aku tidak sadar jika kalian sudah sedekat itu”, selidik Chorong. Yoona pun langsung salah tingkah.

“Apa? Memangnya tidak boleh saling mengenal antar rekan kerja?”, bela Yoona.

“unnie… Apa yang sedang ku pikirkan saat ini tidak benar bukan?”, curiga Chorong ambigu.

“Yak… Cinta ku hanya untuk Lee Donghae. Hapus pikiran jelek seperti itu dari otakmu. Kau jangan asal menuduh”, bela Yoona. Dia tidak suka dianggap seperti wanita yang mudah berpaling pada pria lain.

“tapi ku rasa bukan hanya aku yang berpikir seperti itu unnie

“Aku bersumpah tidak ada niat untuk berbuat seperti itu. Aku sudah bertunangan”, Yoona memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

“aku heran pada kalian semua. Setiap aku berbicara dengan Chan Soo, kalian pasti akan menatap kami dengan serius”, keluh Yoona.

“ku sarankan sebaiknya unnie jangan terlalu dekat dengannya. Walaupun sebenarnya dia pria yang baik, tapi demi kebaikan hati unnie, sebaiknya ikuti saran dari ku”, usul Chorong.

“baiklah. Akan ku pikirkan”, jawab Yoona.

“Jangan dipirkirkan. Tapi laksanakan”, seru Chorong tidak terima.

“ah sial. Kau ini sangat berisik. Kau membuat kepalaku sakit”, ucap Yoona memijat keningnya.

Dengan senyum tanpa dosa, Chorong keluar dari ruangan Yoona. Selang beberapa menit, Chan Soo sudah masuk keruangannya.

“Ayo”, ajaknya.

“tapi”

“sudahlah Dokter, tidak perlu sungkan”, balas Chan Soo cepat, bahkan sudah menarik lengan Yoona. Membawa paksa Yoona keluar dari klinik menuju motornya yang terparkir di samping klinik.

“aku baru tahu kau memiliki motor”, ujar Yoona sambil menerima helm pemberian Chan Soo dan memakainya.

“kalau begitu lain kali kau harus lebih memperhatikanku”, ucap Chan Soo dengan senyum menggodanya.

“A-apa?”

“ayo naik”, ajak Chan Soo tanpa memperdulikan pertanyaan Yoona.

“Jika kau takut jatuh, pundak ku siap menjadi pegangan. Pinggangku pun siap”, lagi-lagi Yoona tersipu malu dengan rayuan Chan Soo.

“dasar player”, cibir Yoona menutupi kegugupannya. Dan pria itu hanya terkekeh.

Selama perjalanan Chan Soo selalu banyak bicara tentang apapun.

“apa suasana hatimu sudah jauh lebih baik?”, tanya Chan Soo tenang ketika melirik pada kaca spion kiri dimana Yoona menikmati angin yang berhembus mengenai wajahnya dan senyum indahnya.

“mmm sedikit”, balas Yoona.

“Chan Soo…”, panggil Yoona.

“ada apa?”, tanya Chan Soo hanya melirik sekilas pada kaca spionnya.

“sebenarnya aku sedang tidak ingin pulang”, jujur Yoona. Di rumah dia merasa sendirian dan kejadian kemarin di klinik selalu menjadi beban pikirannya.

“tapi kau sedang sakit”, Chan Soo tidak terima.

“aku kan bersamamu”, balas Yoona cepat tanda bertimbangan sedikit pun.

“ohhh apa sekarang kau mulai tergantung padaku?”, goda Chan Soo dengan perasaan sangat bahagia.

“a-apa? Yak jangan salah paham. Kau ini kan dokter, tentu saja kau bisa merawatku jika terjadi sesuatu nantinya”, jawab Yoona dengan spontan. Jantungnya selalu berdegup ketika pria yang memboncenginya itu menggodanya. Sial.

“baiklah. Aku akan membawamu ke suatu tempat”, putus Chan Soo, membelokkan arah jalannya.

“kita akan ke kota?”, tanya Yoona ketika dia mengadari jalan yang mereka lalui.

“mmm… aku akan menunjukkan tempat yang bagus untukmu”, jelas Chan Soo. Yoona pun hanya pasrah, mengangguk saja.

‘sekalian aku membeli ponsel baru’, pikir Yoona.

)))))(((((

Promosi dulu ya

cerita ini udah ready di google play books ya dan juga cerita ku yang lain ya…

This slideshow requires JavaScript.

Leave a comment